Ahlan Wasahlan

Selamat berkunjung di blog International Conference of Islamic Scholars (ICIS).

Kamis, 22 September 2011

Pertemuan Tim IRP dengan ICIS

Pertemuan Tim IRP dengan ICIS


Limabelasan wartawan Amerika yang tergabung dalam International Reporting Project (IRP) Team Selasa (11/5) berkunjung ke kantor International Confrence of Islamic Scholars (ICIS) di jalan Dempo, Matraman Jakarta Pusat.

Kedatangan Tim IRP yang dipimpin John Schidlovsky ke Indonesia tujuannya adalah untuk mengetahui Islam di Indonesia secara utuh dari tangan pertama.

Pertemuan yang difasilitasi oleh ICIS dan Tempo Institute ini dihadiri beberapa Ormas Islam diantaranya Muhammadiyah yang diwakili oleh Abdul Muthi, HTI diwakili oleh Ismail Yusanto, FPI langsung dipimpin oleh Habib Rizieq dan NU oleh Hasyim Muzadi.

Dalam kesempatan itu Habib Rizieq Shihab yang didampingi Hasyim Muzadi memberikan penjelasan seputar Islam, Abu Bakar Ba’asyir sampai Osama bin Laden kepada para wartawan Amerika di kantor ICIS jalan Dempo, Jakarta Pusat. “Abu Bakar Ba’asyir bukanlah teroris dan Osama bin Laden adalah Mujahid dan Pejuang Islam,” ujar Habib Rizieq dengan tegas. (mzs)





Sunni-Syiah Berkolaborasi di Jakarta



Organisasi International Conference of Islamic Scholars (ICIS) dan The Islamic Tajamo Ulama Lebanon, hari Sabtu (5/2) berkolaborasi di Jakarta untuk mewujudkan konsep persatuan ummat. Sekjen ICIS, Hasyim Muzadi, dan Ketua The Islamic Tajamo Ulama, Syekh Husein Ghabrisy, memimpin langsung pertemuan tersebut.
 
Pertemuan itu dapat dikatakan sebagai fenomena tersendiri menyusul isu sektarian yang tengah melanda di nusantara akhir-akhir ini. Apalagi Indonesia kali ini menjadi tuan rumah pertemuan dua organisasi besar tersebut. ICIS yang bermarkas di Jakarta dan The Islamic Tajamo Ulama yang berpusat di Beirut sepakat menandatangani nota kesepakatan .
Butir-butir nota kesepakatan antara ICIS dan The Islamic Tajamo Ulama mengandung lima poin. Poin pertama, kerjasama dalam memfasilitasi terciptanya masyarakat muslim rukun dan damai yang berlandaskan prinsip "rahmatan lil alamin". Kedua, kerjasama dalam memfasilitasi terciptanya kerukunan, kedamaian dan persatuan Sunni-Syiah, serta membendung berbagai bentuk gerakan ekstrim takfiri atau kelompok yang mudah mengkafirkan pihak-pihak yang berseberangan secara pemikiran dan ideologi. Ketiga, kerjasama dalam memfasilitasi pemberian beasiswa bagi putra-putri pelajar Palestina untuk dapat belajar di Indonesia. Keempat, kerjasama menggencarkan penyelenggaraan forum-forum kajian yang dapat mendorong terciptanya masyarakat madani berasaskan rahmatan lil alamin. Kelima, The Islamic Tajammo bersedia mendanai program-program tersebut di atas.
Berdasarkan laporan yang diterima IRIB, nota kesepakatan itu ditandatangani di penghujung pertemuan antartokoh lintas agama Libanon dari aliran Druze, Sunni, Syiah, Kristen dengan Sekjen ICIS, KH. Hasyim Muzadi, di Kulliyyatul Qur'an, Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Beji, Depok.
Para tokoh lintas agama Lebanon berkunjung ke Indonesia dalam rangka memenuhi undangan ICIS dalam acara Interfaith Dialog Agama dan Peradaban RI-Lebanon yang digelar dari tangga 1 hingga 4 Maret di kota Malang. ICIS, Deplu, Depag, dan KBRI Beirut adalah pihak-pihak yang terlibat dalam mewujudkan acara tersebut.
The Islamic Tajammo Ulama adalah sebuah organisasi persatuan Sunnah-Syiah yang pendiriannya dilatarbelakangi oleh agresi Zionis ke Beirut, Juni 1982. Pendiri organisasi itu adalah para ulama terkemuka baik dari kalangan Sunni-Syiah.
Organisasi tersebut terbentuk setelah para ulama menghadiri Muktamar Al-Mustadhafin yang digelar di Iran. Muktamar Al-Mustadhafin yang saat itu digelar di Tehran semestinya berlangsung selama tujuh hari. Akan tetapi di tengah pelaksanaan Muktamar terjadi agresi Zionis Israel ke Beirut. Pada akhirnya, Muktamat Mustadhafin hanya digelar selama tiga hari setelah mendapat restu dari Imam Khomeini (ra). Sepulang dari Muktamar itu, para tokoh dan ulama membentuk The Islamic Tajammo Ulama.
Lebanon dan Indonesia mempunyai ciri khas kemajemukan masyarakat yang sama karena kedua negara ini dilatarbelakangi beragam agama. Program dialog yang diprakarsai oleh Hasyim Muzadi dan para tokoh lintas agama Lebanon menghasilkan banyak pengalaman dan pelajaran bagi Indonesia tentang rahasia kekompakan dan kerukunan para penganut mazhab dan agama di Lebanon. Apalagi pelaksanaan acara terjadi saat Indonesia dipicu isu-isu sektarian akhir-akhir ini. (IRIB/AR/SL)

ICIS Dukung RI Berbagi Pengalaman Demokrasi dengan Timur Tengah


Adi Nugroho - detikNews
Jakarta - International Conference of Islamic Scholars (ICIS) mendukung langkah pemerintah Indonesia untuk berbagi pengalaman dengan negara-negara Timur Tengah yang sedang mengalami masa transisi. Dengan hal tersebut, iklim kerjasama RI dengan negara-negara Timur Tengah akan semakin baik.

"Dalam proses perubahan di Timur Tengah, Indonesia punya posisi strategis. Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di dunia, dan semenjak reformasi telah menjadi negara demokratis. Posisi ini bisa dijadikan sharing dengan negara di Timur Tengah, bagaimana memanfaatkan proses transisi itu," ujar Chairman ICIS, KH Hasyim Muzadi.

Hal tersebut ia sampaikan dalam jumpa pers usai Expert Group Meeting dengan tema 'Change in The Middle East and North Africa: Its Impact and Significance to Global Order' di Gedung Kementerian Luar Negeri, Jl Pejambon, Jakarta Pusat, Senin (30/5/2011).

Menurut Hasyim, dengan berbagi pengalaman, maka iklim kerjasama Indonesia dan negara-negara di Timur Tengah akan semakin baik. Hasyim pun mengapresiasi langkah-langkah yang telah diambil pemerintah melalui Kemenlu.

"Dengan seluruh materi yang dibahas hari ini, pemerintah melalui Kemenlu akan lebih tepat dalam mengambil sikap ke depan," imbuh Hasyim.

Tunisia sebagai negara yang tengah mengalami masa transisi mengapresiasi langkah Indonesia. Mereka menganggap pengalaman Indonesia pada masa reformasi memberi manfaat yang berarti.

"Kami mengapresiasi Indonesia yang telah berbagi pengalamannya, di antaranya dengan kunjungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) ke Tunisia. Saat ini kami tengah menyiapkan pemilu yang sangat penting," kata Dirjen Urusan Arab dan Islam Kementerian Luar Negeri Tunisia, Mohammed Nejib Hachana di tempat yang sama. (adi/vit)